Minggu, 13 Juni 2010

(Bukan) Untuk Diri Sendiri





Siang itu terik matahari tidak terlalu menyengat, awan pun terlihat muram keabu – abuan. Di Masjid Al – Muhajirin hanya ada 2 orang ikhwan yang mendirikan shalat dzuhur berjamaah, mereka adalah Ali dan Ridwan. Ali bertindak sebagai Imam sementara Ridwan menjadi makmumnya. Setelah selesai shalat, Ali melihat ada suatu keganjilan pada temannya itu. Wajahnya pucat, hidungnya agak merah dan air mata tak henti – hentinya berderai membasahi pipi.

Ali penasaran melihat perubahan mimik wajah temannya itu, ia pun memberanikan diri bertanya,”akhi, gimana kabarnya ?”, Ridwan terdiam sambil menundukkan wajah dan tangisnya belum juga reda. “Alhamdulillah, baik”, jawab Ridwan pendek sekali.

“Li, saat ini aku sedang mendapat ujian yang cukup berat dari Allah”, ujar Ridwan

“Alhamdulillah, jika seorang hamba mendapat ujian, berarti itu pertanda Allah sangat menyayanginya”, hibur Ali.

Tak disangka kalimat yang baru saja diucapkan Ali bisa membuat sedikit perbedaan pada raut wajah Ridwan. Ia tersenyum kecil dan bisa mengangkat wajahnya hingga terlihat agak lebih cerah. “kamu bisa aja Li, ucapanmu memang benar tapi rasanya kok sulit banget untuk mengikhlaskan sesuatu hilang dari tangan kita”.

“memangnya apa ujian yang sedang menimpamu ? kamu kehilangan barang apa ?”, tanya Ali yang makin penasaran dengan isi hati temannya.

Setelah menghirup udara dan melepaskannya secara perlahan untuk menenangkan diri, Ridwan pun menjawab,” aku baru saja kehilangan uang gajiku selama 1 bulan kemarin sore”.

“ innalillahi wa inna ilaihi rajiun, kok bisa sampai terjadi, gimana ceritanya ? “, tanya Ali yang makin penasaran.
“aku kecopetan waktu turun dari bus kota saat pulang kerja, copetnya kabur padahal udah aku coba kejar sekuat tenaga”, ujarnya.

“o gitu ya. Ente masih ingat ga kata – kata Aa Gym waktu kita dulu masih sering ngaji di DT (Pesantren Daarut Tauhid Bandung) tentang teori tukang parkir ? caranya biar gampang ikhlas adalah dengan memposisikan diri kita seperti seorang tukang parkir. Meskipun kita memiliki banyak mobil dan motor bagus, itu semua bukan milik kita. Tapi milik orang lain yang dititipkan sementara pada kita. Dan pemiliknya berhak mengambil titipan itu kapan pun juga tanpa kita harus merasa kehilangan”, kata Ali dengan berapi – api.

“iya, aku juga masih ingat teori itu, tapi kok saat ditimpa musibah ini rasanya kok berat sekali untuk dijalani. Aku paham, bahwa semua yang kita miliki di dunia ini bukanlah milik kita, melainkan titipan dari Allah. Dan Allah sebagai pemilik tentu berhak mengambil titipannya itu kapan pun juga. Tapi bagaimana dengan biaya sewa kost-an, biaya makanku sehari – hari serta ongkos pulang pergi untuk kerja ? harta yang tersisa cuma hp butut doang”, balas Ridwan.

“eits … jangan bilang begitu. Kamu kan pernah denger juga Aa Gym pernah berkata kalo terkena musibah maka harus dihadapi dengan proporsional. Jangan mempersulit diri dengan pikiran negatif. Mengeluh dan meratapi nasib ga akan menyelesaikan masalah, justru malah suka mengundang masalah – masalah baru. Lebih baik cari solusinya dengan cerdas”, kata Ali.

“iya, tapi solusinya gimana ? aku udah coba minjam uang pada ibu kost, tapi ga diberi karena katanya lagi ga punya duit lebih”, timpal Ridwan.

“nyantai aja kawan, aku siap membantumu kok. Nanti kamu bisa pakai dulu uangku untuk membayar semua keperluanmu. ok ?”, tanya Ali.

“Alhamdulillah, kamu emang baik banget Li. Tapi ngomong – ngomong kamu punya uang dari mana ?”, tanya Ridwan yang malah balik bertanya.
“tenang saja, aku ada sedikit tabungan untuk KKN … hehehe …”, kata Ali sambil tertawa.

“KKN ? korupsi, kolusi, nepotisme ?”, kini Ridwan yang jadi penasaran.
“bukan, KKN itu singkatan Kukumpul Kanggo Nikah (mengumpulkan uang untuk biaya nikah dalam bahasa sunda) … hahaha …”, kata Ali sambil tertawa lepas.

Ridwan pun ikut tertawa juga hingga wajahnya benar – benar cerah .

“syukurlah kalo kamu udah bisa tertawa lagi, kawan. Saat menghadapi ujian, kita harus tetap memiliki hati yang lapang dan tetap banyak bersyukur. Sering – seringlah melihat ke “bawah”. Masih banyak orang yang menerima ujian dari Allah lebih berat dari yang kamu alami”, Ali terus coba menguatkan hati Ridwan.

“iya, aku jadi teringat keadaan saudara kita di Gaza yang diblokade ekonomi oleh Israel laknatullah. Kehidupan mereka pasti sulit. Pekerjaan terbatas, makanan, uang, obat – obatan pun sedikit jumlahnya. Tapi mereka tetap tegar menghadapi semua ujian itu”, Ridwan jadi termenung. “apalagi kalo ingat cerita tentang penderitaan Nabi Ayub, musibah yang aku alami belum seberapa dibanding beliau”

“Wan, musibah yang kamu alami bisa merupakan ujian ataupun teguran dari Allah’, ujar Ali.

“teguran, maksudnya ?”, tanya Ridwan.

“mungkin selama ini ada yang salah dengan manajemen hartamu, makanya Allah beri teguran berupa kehilangan uang. Allah kan berkuasa mengambil titipannya kapan saja dan dengan cara apa pun tanpa kita duga”, kata Ali.

Ridwan terdiam sejenak lalu bertanya lagi pada Ali,”menurut kamu, apakah ada yang salah dengan harta yang kumiliki ? aku kan kerja halal jadi seorang cleaning service. Ga pernah korupsi seperti orang – orang di gedung “wakil rakyat” itu ?”, tanya Ridwan.

“iya, aku ngerti. Tapi coba kamu renungkan gimana dengan manajeman ZIS (Zakat, infaq dan sedekah) dari harta yang kamu dapatkan dari pekerjaanmu itu. Apakah sudah ditunaikan atau belum ?”, Ali balik bertanya.

Ridwan tertegun mendengar pertanyaan Ali tersebut. Dalam pikirannya tak terbayang akan mendapat pertanyaan seperti ini dari teman baiknya. Sambil menundukkan kepala, Ridwan pun bercerita bahwa selama ini semua harta yang ia miliki dari gajinya sebagai cleaning service selalu habis untuk biaya kehidupannya sehari – hari. Ia mengaku jarang bahkan tidak pernah mengeluarkan infaq dan sedekah dari hartanya tersebut. Ia pun mengakui sebagian gajinya lebih banyak terpakai untuk membiayai hobinya untuk aktif terus di dunia maya dengan cara sering mengunjungi warnet ataupun beli pulsa agar bisa online di hpnya. Jika dikalkulasikan, mungkin jumlah pengeluarannya untuk biaya internetan bisa mencapai 25% dari jumlah gajinya.

“astagfirullahaladzim. Ternyata kamu selama ini terlalu boros, Wan. Padahal gaji kamu akan lebih berkah jika sering dikeluarkan ZISnya dibanding dengan menghamburkannya untuk warnet dan pulsa online. Coba kamu buka alquran surat Al – Baqarah ayat 1 – 5”, suruh Ali pada Ridwan.

Ridwan pun beranjak dari tempat duduknya lalu begegas mengambil alquran + terjemah di lemari lalu membawanya kehadapan Ali. Tanpa dikomando lagi, ia langsung membuka ayat yang dipinta Ali tadi.

الم
ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
والَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
أُوْلَـئِكَ عَلَى هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

1. Alif laam miin.
2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
4. dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
5. mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung. (Al – Baqarah 1 – 5).

“Coba kamu renungkan bunyi ayat kedua dan ketiga”, pinta Ali pada Ridwan.
Ridwan pun terdiam dan terus memandangi ayat alquran diatas serta terjemahannya.

“sudahkah kamu jadi orang yang bertakwa ?”, tanya Ali.
“belum”, jawab Ridwan dengan pelan.

“nah, itulah masalahnya. Mungkin kehilangan uang yang kamu alami adalah teguran dari Allah karena kamu jarang menafkahkan sebagian rezeki yang kamu miliki dijalan Allah. Padahal jelas sekali dalam ayat tadi disebutkan salah satu ciri orang bertakwa adalah mereka yang suka menafkahkan sebagian rezeki yang Allah anugerahkan kepada mereka”, seru Ali.

“kamu benar, Li. Selama ini aku belum benar – benar jadi orang yang bertakwa. Selama ini aku hanya menunaikan zakat fitrah tiap idul fitri tiba dan jarang bahkan tidak pernah mengeluarkan infaq dan sedekah. Betapa bodohnya aku ini”, jawab Ridwan dengan lemas.

“sabar kawan, selama Allah masih memberimu umur panjang, selama itu pula ada kesempatan bertaubat dan memperbaiki diri. Apa yang ada dipikiranmu sekarang ?”, tanya Ali lagi.

“aku akan berusaha mengurangi intensitas keaktifan di dunia maya yang membuat boros. Aku akan menggantinya dengan lebih banyak mengeluarkan infaq dan sedekah”, jawab Ridwan.

“bagus, itu niat yang sangat mulia. Niat baiknya aja udah pasti bakal mendapat nilai baik dari Allah, apalagi jika niatmu itu direalisasikan dengan benar. Tapi tolong luruskan niatmu menunaikan ZIS bukan karena perintah aku. Tapi karena Allah yang memerintahkannya melalui ayat – ayatNya seperti berikut ini :

وَأَنفِقُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَلاَ تُلْقُواْ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوَاْ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” ( Al - Baqarah : 195)

“Wan, belanjakanlah/keluarkanlah sebagian dari hartamu dijalan Allah dengan cara menunaikan ZIS setiap waktu. Jangan sampai hartamu nantinya malah membinasakanmu di dunia dan akhirat.

Perumpamaan menunaikan ZIS adalah saat kita makan pisang, tentu kulitnya dibuang dan menjadi rezeki binatang lain ciptaan Allah. Jika kita memakan daging ayam maka tulang, bulu dan kukunya tidak kita makan. Begitu juga jika kita membeli makanan yang dibungkus, maka plastik, cangkang atau wadahnya tidak kita makan tapi dibuang. Intinya, ingatlah selalu bahwa pada harta yang dititipkan Allah pada kita, sebagiannya merupakan hak orang lain. Kita harus selalu membersihkan harta kita dengan mengeluarkan ZIS agar hak – hak orang lain tidak ikut termakan oleh kita.

Bandingkan dengan perumpamaan orang yang tidak mengeluarkan ZIS adalah seperti orang yang memakan dan minum segala macam makanan bahkan dengan cangkang atau bungkusnya sekalipun. Akibatnya orang serakah seperti ini akan rentan terhadap penyakit berbahaya yang menyerang dirinya hingga menuju kematian/kebinasaan.

Contoh lain adalah kolam ikan. jika kolam itu mempunyai saluran pembuangan air kotor, maka akan sehat ikannya dan bagus kualitas airnya. Namun jika kolam itu tidak punya saluran pembuangan air kotor, maka kolam lama kelamaan akan kotor, timbul penyakit pada ikan dan akhirnya rusak habitat tersebut.

Ayat lain yang memerintahkan menunaikan ZIS adalah :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَنفِقُواْ مِن طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُم مِّنَ الأَرْضِ وَلاَ تَيَمَّمُواْ الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنفِقُونَ وَلَسْتُم بِآخِذِيهِ إِلاَّ أَن تُغْمِضُواْ فِيهِ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Al Baqarah : 267)

Wan, coba renungkan makna ayat diatas dengan kondisimu saat ini. Usaha atau pekerjaanmu memang sudah baik, namun alangkah lebih baik kiranya jika dimulai kebiasaan untuk menafkahkan sebagian rezeki tersebut dijalan Allah”, kata Ali.

Ridwan pun tersenyum lalu berucap,”terima kasih ya Li, aku mengerti. Aku luruskan niat akan menunaikan ZIS karena perintah Allah seperti yang tertera pada ayat – ayat alquran tadi”.

“ilmuku masih terbatas untuk menyampaikan ayat diatas dengan secara baik dan benar, tapi mudah – mudahan kamu bisa mengambil hikmah dari kata – kataku”, kata Ali lagi.

Agar kamu makin semangat menunaikan ZIS, coba perhatikan ayat – ayat berikut ini :

مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّئَةُ حَبَّةٍ وَاللّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاءُ وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui”. (Al Baqarah : 261)

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa balasan yang akan diterima seseorang yang mengeluarkan ZIS adalah pahala yang tidak terhingga dan hanya Allah yang mengetahui jumlah pastinya.

قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنفَقْتُم مِّن شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya”.( Saba : 39)

Nah pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Dialah yang berkuasa melapangkan dan menyempitkan rezeki setiap manusia. Namun ada kabar gembira bagi orang – orang yang suka menafkahkan hartanya dijalan Allah. Semua harta kita akan diberkahi dan Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik. Subhanallah.

“Li, kalau ingin menunaikan ZIS dengan ikhlas dan diterima Allah, bagaimana caranya ?” tanya Ridwan.

Ali tersenyum lalu menjawab,” ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar ZIS kita bisa mendapat ganjaran yang maksimal baik di dunia maupun akhirat. Beberapa hal itu diantaranya :

1. harta yang dikeluarkan ZISnya hendaklah berasal dari usaha kita yang baik. Artinya dari pekerjaan yang halal . karena Allah hanya akan menerima ZIS dari sumber yang halal lagi baik. Hal ini sesuai sabda Rasulullah SAW : “Tidak seorang hambapun bersedekah dengan suatu sedekah dari usaha yang baik, dan Allah tidak menerima kecuali yang baik, melainkan Allah mengambilnya dengan Tangan Kanan-Nya lalu Dia memeliharanya sebagaimana salah seorang dari padamu memelihara anak kuda, sehingga kurma itu menjadi seperti gunung Uhud” (HR. Al-Bukhari, Muslim, At Tirmidzi dan An Nasa’i)

2. Harta yang dikeluarkan ZISnya adalah harta atau barang yang kita cintai, bukan barang yang ingin kita buang. Hal ini sesuai firman Allah :

لَن تَنَالُواْ الْبِرَّ حَتَّى تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيْءٍ فَإِنَّ اللّهَ بِهِ عَلِيمٌ

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai” ( Ali Imran 3: 92)

3. Merahasiakan, karena hal ini lebih bisa menjauhkan diri dari riya’ dan sombong

إِن تُبْدُواْ الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاء فَهُوَ خَيْرٌ لُّكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّئَاتِكُمْ وَاللّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“jika kamu Menampakkan sedekah(mu), Maka itu adalah baik sekali. dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, Maka Menyembunyikan itu lebih baik bagimu. dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al Baqarah :271)

4. Tidak merusak shadaqah dengan membangkit-bangkit dan menyakiti

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْداً لاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (Al Baqarah : 264)

Ini yang penting, jika ingin ZIS kita dinilai ikhlas dan pasti diterima Allah, jangan sampai kita menyebut – nyebutnya sehingga terkesan sombong dan riya. Atau yang lebih parah adalah orang yang bersedekah tapi menyakiti hati penerimanya dengan berkata,” dasar kamu peminta – minta”, “kalau tidak aku beri uang, mungkin kamu sudah mati sekarang” atau kata – kata lain yang bisa menyakiti hati penerima sedekah kita. Jika itu terjadi, niscaya sebanyak apapun kita menafkahkan harta dijalan Allah, nilainya adalah 0 (nol) besar.

5.Mencari agar shadaqahnya diterima oleh orang yang akan memanfaatkan shadaqah itu dengan baik dan benar.

Jangan sampai karena keteledoran kita menyimpan dana ZIS bukan pada tempatnya, akhirnya semua amal kita jadi tak bernilai dihadapan Allah. Pilihlah orang – orang atau lembaga yang amanah saat menyalurkan dana ZIS. Tak jarang saat ini muncul fenomena banyaknya peminta – minta yang mengatasnamakan pengurus masjid atau yayasan yatim piatu. Namun kenyataannya uang yang mereka terima malah masuk ke kantong pribadi. Atau ada juga lembaga – lembaga berkedok penerima titipan dana ZIS namun ternyata lembaga tersebut hanyalah dijadikan alat untuk memperkaya pengurusnya saja.

Maka dari itu, pilihlah lembaga yang kredibilitasnya sudah terjamin dan amanah menyalurkan dana ZIS pada mereka yang berhak menerimanya.

“wah, panjang banget penjelasannya. Nah gimana caranya kita menilai kredibilitas suatu lembaga penerima dana ZIS ?”, tanya Ridwan.

Ali tersenyum lalu berkata,”biasanya lembaga amil zakat yang profesional telah memiliki laporan keuangan, nah jika laporan keuangannya jelas dan transparan maka bisa dikatakan lembaga itu kredibel. Cirinya yang lain adalah dilihat dari jumlah penerima dana ZIS, macam – macam program yang dilakukan lembaga tersebut untuk menyalurkan dana dan kontinuitas penyaluran dana. Tak sedikit jumlah lembaga amil zakat yang hanya tampil ke permukaan saat ada momen – momen besar islam seperti ramadhan, idul fitri dan idul kurban. Namun dihari biasa lembaga itu menghilang seolah ditelan bumi. Yang benar adalah lembaga yang hadir menerima dan menyalurkan dana ZIS sepanjang tahun. Inilah ciri yang terpenting.

“ o … begitu ya. Aku kira kita bisa memberikan ZIS pada siapa aja alias bebas. Ternyata kalau ga sesuai pada tempatnya akan hilang ya nilainya. Wah mesti pintar milih amil zakat nih”, semangat Ridwan mulai membara.

“ya iyalah harus menyalurkan pada lembaga amil zakat yang amanah dan kredibel, maksudnya lembaga yang benar. Agar harta kita benar – benar disalurkan pada yang berhak menerimanya. Karena hanya dengan niat benar, cara benar dan tujuan benarlah amal kita akan bernilai dihadapan Allah”, seru Ali.

“maksudnya ?”, tanya Ridwan sedikit kebingungan.

“niatnya benar artinya luruskan niat bahwa menunaikan ZIS murni karena menuruti perintah Allah. Jangan ada niat riya dan sombong. Cara benar artinya lembaga amil zakat yang dititipkan haruslah lembaga yang benar, amanah menyalurkan dana pada yang berhak. Bukan lembaga yang khianat, dana kita dipakai untuk memperkaya pengurusnya. Dan yang terakhir tujuannya harus benar, artinya, tujuan menunaikan ZIS adalah untuk menggapai ridha Allah, bukan karena ingin disebut dermawan, donatur, dll”, kata Ali.

“aku ngerti sekarang … menunaikan ZIS jangan asal – asalan tapi harus melalui konsep yang jelas”, timpal Ridwan.

Ali lalu membalas,“iya, semoga saja dengan jalan menunaikan ZIS, bisa mengantarkan kita pada derajat orang yang bertakwa sehingga bisa dijauhkan dari neraka”.

Hal ini sesuai firman Allah :

وَسَيُجَنَّبُهَا الْأَتْقَى
الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى

“dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan hartanya” (Al Lail : 17 – 18)

“Allahumma amin yaa robbal ‘alamin” seru Ridwan.

“oh iya Wan, kondisi kamu kan sekarang seperti fakir miskin setelah kecopetan, sekaranglah waktu yang tepat untuk bersedekah. Ayo segera dimulai, aku pernah membaca kata – kata mutiara Ali bin Abi Thalib dalam sebuah buku yang berbunyi,” jika kalian jatuh miskin, maka berdaganglah dengan Allah Ta’ala dengan bersedekah”. Aku yakin Allah pasti akan memberi keluasan rezekinya padamu, ingatlah rezeki yang kamu nafkahkan akan mendapat ganti yang lebih baik dan berkah jika kamu ikhlas”, seru Ali.

“kamu benar Li, ternyata orang tuamu ga salah memberi nama kamu Ali … hehehe”, kata Ridwan.

Awan kelabu berangsur hilang dari langit, yang tersisa adalah bentangan “karpet biru” yang indah diangkasa. Mentari pun memancarkan sinarnya dengan sempurna. Siang itu cuaca kembali cerah, secerah hati Ridwan yang telah kembali menemukan semangat hidupnya.

Tunaikanlah ZIS (Zakat, infaq dan sedekah), selagi kita masih mampu melakukannya.

Sebagian tulisan dikutip dari :

Al Ghazali : Ihya Ulumuddin
Sa’id bin Muhammad Daib Hawwa, Mensucikan Jiwa : Konsep Tazkiyatun nafs Terpadu

Sumber Foto :

http://www.eramuslim.com/fckfiles/image/info_umat/pkpu1%281%29.jpg
http://4.bp.blogspot.com/_RuUBc1TOTYw/SSKGlapKCYI/AAAAAAAAAJg/_9QHqGSfUHs/s320/Logo+DPUlebah+copy.jpg
http://profile.ak.fbcdn.net/object3/102/121/n43742368269_8786.jpg