Kamis, 22 April 2010

Review : Pameran Pedang Nabi di Pusdai







Kira2 seminggu yg lalu aku melihat spanduk warna biru terbentang dijalan Geger kalong Girang dekat Pesantren Daarut Tauhid Bandung. Isi spanduk itu tentang “Pameran Pedang Nabi” yg diadakan di Pusdai (Pusat Dakwah Islam). hanya berselang beberapa hari, Eri – sahabat baikku tiba2 mengirim sms tentang acara tersebut yg menurutnya bisa membuat kita makin mencintai Rasulullah SAW setelah melihat aneka barang peninggalan beliau serta menghayati sejarah dari benda2 tersebut. Aku jadi penasaran ingin segera mengunjungi Pusdai secepatnya.

Acara yg bagus ini aku kira sangatlah tepat jika diekspos di FB agar semua teman FBku bisa mengunjungi Pusdai juga. Aku pun segera membuat acara berjudul, ”Pameran Peninggalan Nabi Muhammad SAW didatangkan langsung dari Turki” dan mengundang semua teman FBku yg beragama islam. Alhamdulillah sambutannya baik sekali. Beberapa teman ada yg langsung pergi kesana, ada yg bertanya harga tiketnya dulu, ada yg ga bisa datang karena jauh, dll. mayoritas dari semua teman yg mengetahui acara itu sebenarnya sangat ingin menghadiri pemeran, namun ada beberapa kendala yg menghalangi. Terutama jarak mereka yg jauh dari Pusdai di Bandung, maklum teman FBku kebanyakan dari luar kota. Dari Aceh sampai Papua, bahkan ada beberapa orang yg berdomisili diluar negeri seperti Malaysia, Qatar, Hongkong dan Amerika Serikat.

http://www.facebook.com/andri.nugraha2?v=app_2344061033#!/event.php?eid=117723314905551&index=1

Rekapitulasi acara “Pameran Pedang Nabi” di FB :
Akan hadir : 42 orang
Mungkin hadir : 70 orang
Tidak hadir : 100 orang
Belum memberi jawaban : 183
(data hingga tanggal 28 april 2010)

sebelum berangkat kesana, aku smsan dulu dengan Eri yg lebih dulu telah mengunjungi pameran. Ternyata harga tiket untuk hari libur beda sedikit dengan hari biasa. dihari biasa harga tiketnya rp 10.000, jika hari libur naik menjadi rp 15,000. awalnya agak kaget juga mengetahui hal itu, maklum aku sedang berhemat. Namun setelah dipikir lagi, harga segitu ga ada artinya dibandingkan harga yg harus dibayar jika sengaja melihat koleksi peninggalan Nabi tersebut di museum Topkapi Turki. Aku juga diingatkan agar tak memotret semua benda koleksi pameran karena ada penjaganya. Hal ini sempat membuatku agak kecewa karena sebagai orang yg narsis, tentu saja ga bisa memotret diacara sebagus ini akan sangat merugikan. Sangat jarang ada acara seperti ini lagi dimasa depan. Tapi, ya sudahlah, mungkin panitia memiliki pertimbangan khusus sehingga tiap pengunjung dilarang memotret benda koleksi pameran.

Sebelumnya aku juga pernah melihat VCD berisi pameran benda2 peninggalan Nabi yg disimpan di Museum Topkapi Turki, namun akan lebih afdol jika bisa melihat benda2 tersebut secara langsung dengan mata kepala sendiri. Beruntung kedutaan besar Turki dan Indonesia bisa bekerjasama menyelenggarakan acara ini. Barang2 peninggalan nabi sengaja didatangkan dari Turki ke Bandung. Bahkan rencananya akan dibawa berkeliling ke 30 kota di indonesia.

Minggu 18 april 2010 ba’da dzuhur aku berangkat ke Pusdai seorang diri, jalanan yg agak macet saat melintasi lapang Gasibu tidak menyurutkan niatku sedikitpun. Ini momen langka, bagaimanapun caranya aku harus melihatnya. setibanya di Pusdai, aku melihat ratusan manusia sedang antri memasuki pintu tempat pameran diselenggarakan. Setelah membeli tiket, aku pun masuk kedalam barisan orang – orang yg sedang mengantri. Menurut penjaganya, yg masuk ke pameran diatur 50 orang sekali.
Astagfirullahaladzim, antriannya ternyata lama banget sedangkan matahari sudah makin condong ke barat. Beberapa pengunjung yg sedang antri pun terpaksa “dijemur” teriknya matahari. Sayangnya, meskipun acara ini diselenggarakan di Pusdai (Pusat Dakwah Islam), pengaturan antrian pengunjung kurang sesuai dengan kaidah islam. Pengunjung pria dan wanita dibiarkan antri dalam satu barisan hingga berbaur satu sama lain padahal bukan mahramnya. Ini harusnya menjadi perhatian pihak panitia jika menggelar acara seperti ini dimasa depan, hal ini tidak boleh terulang lagi.

Akupun sempat kerepotan untuk menjaga mata, hati dan tindakan saat mengantri karena didepan, belakang, kiri dan kananku banyak akhwat2nya. Agar orang2 yg sedang antri tidak jenuh, panitia menyediakan hiburan nasyid dari sebuah panggung. Konon nasyidnya didatangkan dari Bandung dan luar kota seperti Jakarta. Namun hal itu tidak lantas membuatku nyaman, karena aku kurang menyukai nasyid. Dari antrian hingga mencapai ruang pameran, aku ternyata menghabiskan waktu 1 jam 50 menit !
Memang hari minggu pengunjungnya bejubel lebih banyak dari hari biasanya karena pengunjung dari luar kota pun ikut menghadiri acara sambil liburan di Bandung. Perjuangan yg melelahkan.

Pada sebuah dinding, aku melihat beberapa pengumuman yg ditempel panitia. Isinya berupa himbauan agar pengunjung tidak mengkeramatkan benda2 yg dipamerkan hingga khawatir terjadi kemusyrikan. Maklum orang Indonesia terbiasa menganggap keramat benda2 yg dimiliki orang2 yg berilmu agama, apalagi jika barang itu merupakan peninggalan nabi. Ada juga larangan memotret, makan dan merokok di ruang pameran. Aku yg awalnya kecewa karena ga boleh memotret jadi sadar bahwa terkadang adakalanya larangan itu berdampak baik. Jika semua orang bebas memotret barang peninggalan nabi, takutnya terjadi hal seperti yg dilakukan sebagian masyarakat indonesia, mengkeramatkannya hingga terjerumus ke lembah kemusyrikan.

Alhamdulillah, akhirnya aku bisa masuk ke ruang utama pomeran. Bersama puluhan pengunjung lainnya, kami diajak memasuki sebuah ruangan yg gelap oleh pemandu acara. Disini kami menonton film sejarah pembebasan kota Yerussalem dari umat kristiani oleh Salahudin Al Ayubi atau yg sering dipanggil Saladin oleh orang barat. Film berdurasi 10 menit ini cukup membuka wawasanku tentang sejarah islam dimasa lalu. Setelah itu kami semuanya berjalan menuju ruang utama pameran dimana disana terletak pedang2 yg dulu dipakai Nabi Muhammad SAW sewaktu berperang melawan musuh2nya. Koleksi pedang Nabi berjumlah lebih dari 1. ada yg bertabur batu mulia, namun ada juga yang polos berupa besi dengan ukiran menarik diatasnya.

Tak hanya pedang nabi yg dipamerkan, namun ada juga mushaf al quran sundawi, sandal nabi, tongkat nabi Muhammad dan Nabi Musa. Awalnya aku kira tongkat nabi musa seperti apa yg bisa berubah jd ular dan membelah laut, ternyata hanya berupa kayu biasa dengan ukuran kurang lebih 2 meter. Subhanallah …

Ikut dipamerkan juga replika jejak kaki Nabi ketika isra mi’ raj di masjid Al – Aqsa di Palestina. Ukurannya yg besar membuat beberapa pengunjung memperkirakan ukuran tubuh nabi tinggi besar. Sepotong kayu yg biasa dipakai nabi bersiwak (menggosok gigi) dipamerkan disudut ruangan. Bersiwak dengan kayu tersebut untuk zaman sekarang sudah sangat langka yg melakukannya, padahal ada keutamaan dalam bersiwak dibanding menggosok gigi biasa. Selain mengikuti sunah nabi juga termasuk amalan yg berpahala. Pada dinding ruang pameran terpampang beberapa foto dan silsilah khalifah2 yg dulu pernah membawa kejayaan islam dimuka bumi. Namun sayang aku ga bisa menghapal nama2nya karena banyak sekali jumlahnya.

Setelah keluar dari ruang utama pameran, aku sampai di ruang ketiga dimana pengunjung bisa mengabadikan kehadirannya di acara ini. Ada seorang fotografer yg menawarkan jasa memotret langsung jadi ditempat bagi pengunjung. Acara pemotretan ini hanya bersama replika pedang nabi, bukan pedang asli yg terletak diruang utama pameran. Namun animo pengunjung cukup tinggi sekali, terbukti sang fotografer kewalahan memenuhi pesanan pemotretan. Dengan bermodalkan uang rp 10.000 pengunjung bisa mendapatkan foto bersama replika pedang nabi baik sendiri maupun dengan teman atau keluarganya.

Ada juga foto bareng replika pedang nabi yg hasil akhirnya berupa mug, harganya rp 25.000. namun hasilnya tentu lebih menarik dari sekedar foto biasa. Peminatnya juga tak sedikit. Aku pun tertarik untuk membuat 1 foto dan akhirnya mendaftar untuk foto bareng replika pedang nabi dan minta dicetak pada kertas foto ukuran 10 R. setelah dipotret, aku pun berjalan – jalan dulu diluar sambil menunggu hingga fotoku selesai dicetak.

15 menit berselang, aku kembali ke ruang itu lagi, namun rupanya fotoku belum selesai dicetak. Setelah dicari ditumpukan foto, hasilnya tetap nihil. Aku malah menemukan foto ustadz Jeffry Al Bukhori (Uje) yg foto bareng replika pedang nabi bersama 2 temannya. Akupun memilih salat ashar dulu di masjid Pusdai, lalu berjalan mengelilingi seluruh areal Pusdai plus memotret beberapa momen dan tempat menarik disekitar areal itu. Sore itu Pusdai penuh dengan pengunjung pameran, anak2 yg bermain sepak bola, serta masyarakat umun yg sedang berkumpul bersama keluarga tercintanya. Menghabiskan waktu di Pusdai memang menyenangkan. Aku memotret seluruh sudut Pusdai mulai dari bagian depan, belakang, bagian dalam dan luarnya. Banyak objek menarik untuk diabadikan kamera hp Sony Ericsson K618i milikku.

Hasil lengkap foto hasil jepretanku ada pada link dibawah ini :
http://www.facebook.com/album.php?aid=21135&id=100000139012569&l=be234f575b

Setelah puas berkeliling Pusdai dan memotret, aku pun kembali ke tempat pemotretan foto bareng replika pedang nabi. Aku kecewa karena fotoku masih belum selesai dicetak, padahal sudah lebih dari 1 jam. Seorang petugas panitia akhirnya berusaha mencarikan fotoku, namun hasilnya mengagetkanku. Pantas saja fotoku tidak ada pada tumpukan kertas foto ukuran 10 R, rupanya sang editor salah mencetak fotoku hingga malah mencetaknya menjadi sebuah mug. Karena yg kupesan foto ukuran 10 R namun hasilnya malah mug, aku pun hendak membayar selisih rp 15.000. namun panitia menolak keinginanku dengan halus, ia meminta maaf atas kesalahan yg terjadi dan menyuruhku membawa mug itu tanpa membayar biaya lagi. Alhamdulillah, awalnya aku berniat berhemat sehingga memilih mengabadikan kehadiran diacara ini melalui kertas foto ukuran 10 R seharga rp 10.000 sesuai kemampuan dompet. Namun takdir Allah berkata lain, aku diberinya “kesalahan berbuah manis” hingga fotoku diabadikan pada sebuah mug seharga rp 25.000. mungkin ini sudah menjadi rencanaNya hingga rezekiku berupa mug tersebut.

Malam telah tiba, aku pun salat magrib berjamaah dulu di masjid Pusdai. Sebelum pulang aku menyempatkan diri melihat spanduk yg terbentang diareal Pusdai, ternyata ada sebuah pengumuman tentang “islamic Book Fair” yg akan diselenggarakan tanggal 4 hingga 16 mei 2010 bertempat di gedung Landmark jalan Braga Bandung.

Mungkin aku akan datang ke acara tersebut, ingin membeli buku2 karya Fauzil Adhim, 

Sahabat, semoga kalian berkesempatan melihat benda2 peninggalan Nabi Muhammad SAW seperti yg telah kualami diatas.