Kamis, 07 Januari 2010

Ustadz Kupu – Kupu







Suasana Masjid Al Muhajirin sangat berbeda subuh ini dibanding hari lainnya. Banyak orang tua, remaja, bahkan anak –anak ikut salat subuh berjamaah, padahal dihari lainnya yang mendirikan salat subuh berjamaah dimasjid ini tidak pernah lebih dari 3 orang saja. Pak Ketua DKM (Dewan Keluarga Masjid), Pak wakil Ketua DKM dan Ali.

Apa yang memotivasi mereka pergi ke masjid berbondong – bondong disaat hari masih gelap dan cuaca dingin terasa menusuk kulit ? ternyata malam tadi dimasjid ini banyak jemaah melaksanakan salat sunat tarawih setelah isya dan dini hari tadi tentunya mereka makan sahur, itu pertanda bahwa subuh ini adalah hari pertama puasa dibulan ramadhan. Sudah jadi kebiasaan dimasjid ini jika ramadhan tiba, ba’da salat subuh selalu diadakan ceramah bagi jemaah yang kebanyakan anak2. maklum mereka mendapat tugas dari guru agama disekolahnya untuk mencatat ceramah dan kegiatan harian mereka selama bulan ramadhan.

Setelah salat subuh selesai, jemaah ada yang wirid, berdo’a, dan ngobrol. sementara anak2 sudah tidak sabar ingin mencatat ceramah pagi ini. Terdengar sebuah perbincangan ditelinga Ali dari seorang anak kecil disebelahnya. Mungkin anak kecil itu bertanya pada kakaknya,”Aa, siapa nama penceramahnya ? mau adik tulis nih dibuku catatan.” Tanyanya. Tak lama kemudian sang kakak menjawab dengan datar,”siapa lagi kalau bukan pak Hasan.”

Memang sejak pertama kali Ali merasakan puasa ramadhan didaerah ini 3 tahun yang lalu sampai sekarang, seolah ada yg salah dengan kondisi masjid ini. Tiap melaksanakan salat tarawih, imamnya itu2 juga. Yakni pak Hasan yang merupakan ketua DKM masjid Al Muhajirin. Memang sesekali ada tokoh masyarakat setempat atau ustadz dari MUI setingkat kecamatan yang menggantikan posisi imam salat tarawih. Namun jika dipersentasekan, mungkin 85 % kegiatan salat tarawih dimasjid ini tiap harinya selalu dipimpin pak Hasan. Begitu pula dengan ceramah subuhnya, bahkan persentasenya bisa lebih besar lagi.

Dalam hati Ali sering bertanya,”tidak adakah regenerasi dimasjid ini ?”. lalu pada kemana anak muda yang seharusnya siap jadi pengurus masjid ini kelak menggantikan posisi pak Hasan ?”.

Seolah sudah jadi tradisi, tiap ceramah subuh pak Hasan selalu membahas tema yang itu2 saja dan hal ini terus diulang selama bertahun – tahun. Para remaja disini seakan sudah hapal dengan materi ceramahnya, maka tak aneh jika mayoritas dari mereka enggan mencatatnya. Bahkan tak jarang sebagian dari mereka memberikan buku catatan ceramah tahun lalu pada adik2nya agar disalin ulang dirumah. Dimasjid mereka hanya mendengar ceramah saja, lalu setelah beres mereka berebut tanda tangan dan cap dari pak Hasan. Monoton dan membosankan, itulah penilaian para pendengar setia ceramah pak Hasan dari tahun demi tahun.

Ali melihat kearah pak Hasan yang sedang duduk bersila, rupanya ia telah menyelesaikan wirid ba’da subuhnya. Sepertinya ada yang lain dari raut wajah sang imam, pagi ini wajahnya terlihat sedikit pucat dan sering batuk. Mungkin saja ia sedang sakit. Tiba2 ia membalikkan badan lalu melambaikan tangan kanannya pada Ali dengan perlahan. Ali pun segera menghampiri serta menjabat tangannya yang hangat. “Ali, sesungguhnya bapak sedang sakit pagi ini dan terpaksa tidak bisa ceramah. Boleh bapak minta tolong padamu, nak Ali ? tanya pak Hasan dengan suara yang serak dan berat. “insya Allah pak. Apa yang bisa saya bantu ?”, Ali balik bertanya. “tolong kamu gantikan posisi bapak untuk ceramah pada jemaah pagi ini”, jawab nya. Tiba2 saja Ali terdiam dan tubuhnya bergetar hebat, jiwanya seolah terguncang mendengar kalimat yang baru saja ia dengar. “mmmenggantikan pak Hasan ? ceramah pada jemaah ? apa saya mampu ?”, pertanyaan itu memenuhi ruang kepalanya hingga terasa membebaninya.

“Bapak mengerti, pasti berat rasanya untuk ceramah dihadapan jemaah jika sebelumnya kamu tidak pernah melakukannya. Namun bapak punya keyakinan nak Ali pasti bisa melakukannya. Bapak perhatikan selama ini hanya nak Ali remaja daerah ini yang suka salat berjamaah dimasjid dan membaca buku2 islam. Bahkan nak Ali dulu pernah kerja di Pesantren Daarut Tauhid, pasti memiliki ilmu agama yang cukup untuk dakwah. Tolonglah bapak hari ini nak Ali, jika telah sehat kembali saya akan ceramah lagi”, bujuk pak Hasan.

Ali tak kuasa menolak permintaan pak Hasan, namun ia masih bimbang apakah dirinya pantas berceramah dihadapan jemaah. Sekilas ia memandang ke arah jemaah yang sebagian besar anak2 sedangkan para remaja dan orang tua setelah wirid sebagian memilih pulang. “baiklah pak, saya akan coba ceramah pagi ini. Mohon do’anya agar lancar”, kata Ali. Pak Hasan tersenyum lalu berkata,”iya, pasti bapak do’akan. Untuk saat ini, tidak usah pakai mikrofon dulu, cukup didengarkan anak2 saja. Nanti setelah nak Ali merasa percaya diri, baru naik mimbar dan pakailah mikrofon agar terdengar masyarakat sekitar masjid ini”. Ali pun mengangguk pertanda mengerti dengan tips yang baru saja beliau katakan. Tak lama kemudian pak Hasan pamit untuk beristirahat dirumah, dimasjid yang tersisa hanyalah Ali dan anak2 yang siap mencatat ceramah subuh.

“bismillaahirrahmaanirrahiim”, bisik hati Ali. Sesuatu yang diawali niat karena Allah pastinya akan berbuah baik. Ia pun lalu mengajak anak2 untuk berkumpul dihadapannya. Anak laki2 diminta berkumpul disebelah kiri sedangkan anak perempuan disebelah kanannya. Setelah mengucapkan salam, ia agak kaget karena jawaban anak2 sangat pelan sekali. Ia pun terpaksa mengulanginya sekali lagi, maklum anak2 mungkin masih belum mengenal siapa lelaki kurus yg akan berceramah pagi itu. Alhamdulillah salam kedua dijawab dengan lebih keras, hati Ali rasanya agak lega.

“adik2 sekalian, kakak berada disini karena diminta ceramah oleh pak Hasan tadi. Kakak hanya menggantikan sementara beliau yang sedang sakit, mohon pengertiannya ya”, tanya pada semua anak2. mereka menganggukkan kepalanya dan mungkin masih keheranan karena biasanya yang ceramah adalah pak Hasan.

“adik2, puasa adalah salah satu rukun islam yang wajib dilaksanakan selain membaca 2 kalimat syahadat, salat, zakat dan naik haji. Puasa diperintahkan oleh Allah dalam al quran surat al baqarah ayat 183 yang bunyinya seperti ini :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
( QS. Al Baqarah 2:183 )

Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa puasa telah diwajibkan pada orang2 sebelum kamu maksudnya adalah orang2 yang telah ada didunia sebelum kita seperti rasul, sahabat2nya, orang tua kita, kakek nenek dan sebagainya. Puasa juga bertujuan agar kita menjadi orang yang bertakwa. Lalu seperti apakah orang bertakwa itu ? dalam al quran surat al baqarah ayat 2 sampai 5 dijelaskan ciri2 orang bertakwa sebagai berikut :

ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
والَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
أُوْلَـئِكَ عَلَى هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
4. dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
5. mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.

Nah, di ayat2 al quran tadi bisa diambil kesimpulan jika ciri2 orang bertakwa itu adalah :

1. beriman pada yang ghaib, yaitu meyakini adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, Malaikat-Malaikat, Hari akhirat dan sebagainya
2. mendirikan salat baik salat fardu maupun salat sunah. Adik2 tentu sudah hapal dengan nama 5 waktu salat wajib seperti isya, subuh, dzuhur, ashar, dan maghrib. Sedangkan salat sunah seperti tarawih, salat idul fitri dan sebagainya.
3. Menafkahkan sebagian rezki, ialah memberikan sebagian dari harta yang telah direzekikan oleh Allah kepada orang-orang yang disyari'atkan oleh agama memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain.
4. beriman kepada kitab yang diturunkan pada nabi Muhammad yaitu al quran dan kitab yang diturunkan sebelum al quran yaitu taurat, zabur dan injil.
5. yakin adanya kehidupan akhirat setelah dunia ini, seperti yakin adanya surga dan neraka.

Nah diayat terakhir Allah berfirman bahwa orang2 seperti itulah yang mendapat petunjuk dan beruntung.

Sejenak Ali memandangi wajah dan tingkah laku anak2 yang sedang menyimak materi ceramahnya. Mereka ada yang sibuk menulis, bertanya pada temannya karena terlewat, dll. Ali pun tersenyum, ia pun berkata,”adik2, maaf kalau ceramah kakak terlalu cepat ya”. Ternyata tanpa diduga ada seorang anak dengan polosnya berkata,”iya ka, terlalu cepat ceramahnya jadi ga sempet ditulis semuanya”.

Ali pun menyadari kekeliruannya, mungkin anak2 belum terbiasa mendengar suaranya yang cepat dan keras. Mereka terbiasa mendengarkan suara pak Hasan yang pelan namun mantap.

Ia lalu berpikir jika ceramah pakai dalil2, apa bedanya dengan pak Hasan yang sangat terpaku dengan teks ? harus ada sesuatu yg beda. Ia pun teringat masa kecilnya yang suka dongeng dan anak2 pasti menyukai cerita daripada teks.

“ok adik2, sekarang kakak mau bercerita tentang puasa ulat. ada yang pernah tau bahwa ulat suka puasa ?”, tanyanya pada semua anak. Mereka saling berpandangan satu sama lain lalu serempak menjawab,”tidaaak, mana ada ulat yang puasa ? puasa kan buat manusia aja, ka ?”, mereka malah balik bertanya. Ali senang mendengar jawaban mereka, suasana pun terasa lebih cair dibanding tadi. Kini anak2 terlihat lebih ceria mendengar kata2nya.

“adik2, sebenarnya ga hanya manusia yang puasa, semua makhluk hidup di dunia ini berpuasa juga namun caranya berbeda – beda. Dalam kehidupan ulat dikenal sebutan metamorfosis, yaitu perubahan ulat menjadi kupu – kupu. Nah, ulat berpuasa dalam kepompong sekian lama, tidak makan dan minum. Setelah keluar dari kepompong, ulat tadi berubah jadi kupu – kupu yang indah. Itulah yang bisa jadi pelajaran buat manusia.

Sebelum berpuasa, ulat adalah binatang yang sangat rakus. Ia makan dedaunan yang indah dengan rakus hingga merugikan petani, namun setelah jadi kupu – kupu ia makan sari madu dan sangat menguntungkan petani karena membantu penyerbukan. Ulat yang asalnya lambat, menjijikkan dan tidak disukai orang, setelah berpuasa dalam kepompong berubah jadi kupu – kupu yang indah, lincah terbang kesana kemari dan disukai banyak orang.

Nah, dengan berpuasa itulah kupu – kupu telah berhasil merubah kualitas dirinya menjadi lebih baik. Dari asalnya ulat yang jijik, gatal bila dipegang dan menggelikan bila dipandang tiba – tiba menjadi seekor binatang yang enak dipandang dan nyaman dipegang.

Ulat tersebut tidak akan jadi kupu – kupu kalau dia tidak berpuasa dalam kepompong, itulah pentingnya puasa dalam kehidupan ulat. Manusia juga begitu, asalnya kita mungkin termasuk orang yang rakus. memakan segala macam makanan tak peduli halal haramnya yang penting enak. Kita pun mungkin tidak disukai orang lain karena sering marah – marah, menghina, bahkan mungkin adik2 ada yang pernah berkelahi dengan temannya.

Nah, melalui puasa inilah Allah menyuruh kita berpuasa agar kita bisa berubah jadi orang yang lebih baik. Kita makan sedikit hanya saat buka puasa dan sahur, selebihnya saat siang kita harus menahan lapar dan haus. Itu tidak lain melatih diri kita agar tidak rakus seperti ulat. Kita mungkin sering dijauhi teman karena sikap dan tindakan kita yang jelek, persis seperti ulat yang dibenci petani. Dibulan inilah kita puasa menahan marah dengan cara sabar, tidak membicarakan keburukan orang lain, tidak mengejek, tidak bohong, dll. Itu semua bertujuan agar kualitas diri kita berubah jadi disukai orang lain.

Kalau setelah berpuasa namun tetap saja rakus dan sifat2 jelek tidak berubah, berarti ada yang salah dengan puasa kita. Berarti kita masih menjadi ulat, belum menjadi kupu – kupu. Dengan kata lain puasa kita gagal. Coba ingat2 lagi al baqarah ayat 183, tujuan Allah menyuruh kita puasa agar kita jadi orang bertakwa, jika puasa tidak membuat kita bertakwa, berarti puasa kita gagal bahkan dinilai belum berpuasa sama sekali.

Semoga kita semua yang ada disini bisa jadi orang yang bertakwa, bisa meneladani kisah kupu – kupu tadi. Sekian dulu adik2ku, mohon maaf bila kakak ada yang salah kata2nya ya”.

Tiba2 seorang anak bertanya,”kakak, apakah ular juga puasa “, tanyanya dengan semangat.”iya, ular tidak makan dan minum saat ia berganti kulit”, jawab Ali. Tak disangka pertanyaan2 baru bermunculan pertanda anak2 sangat antusias dengan ceramahnya pagi itu.”kakak, kalau ayam bagaimana puasanya “, tanya seorang gadis kecil. Ali tertawa lalu menjawab,”kalau mengerami telurnya, ayam tidak makan. Ia akan terus mengerami telurnya sampai menetas”. Anak2 memang dunia yang menarik, mereka masih polos dan hatinya masih bersih dari noda dosa. Sungguh mengasyikkan ceramah dihadapan anak2, pikir Ali.

Tak lama kemudian anak2 berebut meminta tanda tangan dan cap dari Ali untuk buku catatannya masing2. Ali terpaksa meminjam pulpen dari seorang anak karena tidak membawa persiapan sebelumnya. Ia kaget ketika melihat buku catatan seorang anak yang menulis dikolom nama penceramah dengan mengisinya dengan tulisan “Nama Penceramah : ustadz kupu – kupu”.

Ali rupanya baru ingat ia belum memperkenalkan dirinya diawal ceramah tadi. Anak2 memang polos, karena belum tahu namanya tapi berceramah tentang kupu – kupu, maka ditulislah nama penceramahnya “ustadz kupu – kupu”.

Subhanallah, pagi itu terasa sangat menakjubkan bagi seorang Ali.

@ kamarku 4 Januari 2010

tulisan ini untuk mengenang anak – anak di Masjid Al Muhajirin Jln. Karang Layung Bandung.

gambar copy dari : meteorshe.blogspot.com/

1 komentar:

Rawins mengatakan...

Memang banyak analogi yang bisa didapat dari lingkungan sekitar. Iqro pun tidak berarti menyuruh kita hanya membaca buku, tetapi juga alam sekitar kita. Nice post..!